22 February 2007

Syair Renungan Bagi Wanita

anak_kilat@...

Pernikahan atau Perkawinan
Menyingkap Tabir rahasia
Suami yang menikahi kamu
Tidaklah semulia Muhammad
Tidaklah setaqwa Ibrahim
Ataupun segagah Musa
Apalagi setampan Yusuf
Suamimu hanyalah lelaki akhir zaman
Yang mempunyai cita-cita
Membangun keturunan yang shaleh


Pernikahan atau Perkawinan
Mengajari kita kewajiban bersama
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya
Suami menjadi nahkoda kamu navigatornya
Suami bak balita yang nakal
Kamu penuntun kenakalannya
Saat suami menjadi raja
Kamu nikmati anggur singgasananya
Seketika suami menjadi bisa
Kamulah penawar obatnya
Seandainya suami masinis yang lancang
Sabarlah mengingatkannya

Pernikahan atau perkawainan
Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa
Untuk belajar meniti sabar dan Ridho Allah Ta'ala
Karena memiliki suami tak segagah mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpha
Kamu bukanlah Khadijah
Yang begitu sempurna dalam menjaganya
Pun bukanlah Hajar
Yang begitu setia dalam sengsara
Cuma perempuan akhir zaman
Yang berusaha menjadi Shalehah

Sekar Arum Sari

19 February 2007

Ibu...

Karya. Iwan Fals

Ribuan kilo, Jalan yang kau tempuh
Lewati rintang, Untuk aku anakmu
Ibuku sayang, Masih terus berjalan
Walau tapak kaki, Penuh darah penuh nanah

Seperti udara, Kasih yang engkau berikan
Tak mampu kumembalas
Ibu… ibu…

Ingin ku dekat, Dan menangis dipangkuanmu
Sampai aku tertidur, Bagai masa kecil dulu

Lalu doa doa, Baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas
Ibu… ibu…

Sekar Arum Sari

18 February 2007

Madrasah Cinta Ibu

Oleh: Bayu Gawtama
05/12/2005 10:09 WIB

Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah? Sudah pasti
jawabannya adalah kehamilan. Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh,
seberat apa pun langkah yang mesti diayun, seberapa lama pun waktu yang kan
dijalani, tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang
bidan; "positif".


Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam
kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena
ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia
bertanya; menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedih atau bahagiakah ia di dalam
sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang
pernah diberikannya, ketika mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi
penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna sekejap mendengar
tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus
bercucuran. Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar.
Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak-anak. Tak
satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja,
teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak-anak. Si kecil baru saja
berucap "Ma…" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada
di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara
haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka. Hari pertama sekolah
adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya.
Meskipun di saat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas
berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu
pun tak terhenti di tengah jalan.
"Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar
berbelanja keperluan si kecil. Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau
keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu
mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap
kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju
untuknya dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia
membeli baju si kecil. Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas
satu alasan, demi anak.
Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah
catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Uang sekolah anak, 2. Beli susu
anak, … nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ,
kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah
pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil
menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.
Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah
dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter
yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi
merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang
meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau
ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat
mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan
jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen
didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan
suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir
terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si
kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam
kantuknya, ia terus pun mendongeng.
Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak
yang akan berangkat ke kampus. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya
selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "Sudah makan belum?"
tak lupa terlontar saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil
yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu sudah menjadi orang dewasa yang
bisa membeli makan siangnya sendiri di kampus.
Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting
dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang
paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut
matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas
mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. ia menangis melihat anaknya
tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar buah hati
yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya
miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih,
"Masihkah kau anakku?"
Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang
usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu
pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin
anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian".
Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya.
"Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih sejak kecil,"
ujarnya.
Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya
tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta
sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, sekolah yang hanya punya satu mata
pelajaran: cinta. Sekolah yang hanya ada satu guru: pecinta. Sekolah yang semua
murid-muridnya diberi satu nama: yang dicinta.**


baca selengkapnya...
Sekar Arum Sari

Sobatku lagi dimabuk cinta...huehuehuehue...

Mabuk Cinta
Rekahkan kembali senyummu agar manisnya terperi
Tebarkan hasrat cinta bagai mawar menjaring warna dan aroma
Cinta tak terikat apapun laksana melati menebar wangi
Lihatlah kupu kupu tepikat aneka warna makna madu yg dicari
Tempalah dirimu dari api cinta yg berpijar biarkan nyalanya membakar setiap jiwa
(Brabangkara 08/04/06)


Bumiku
hai angin sepoi pagi hari singkapkan lah tirai awan kelabu ,
agar cahyanya memeluk bumi ku dipagi buta...
hai mentari pagi eluslah setiap helai daun,dahan dan ranting ...
agar ia bangun dari dekapan malam ...(brabangkara 27/03/06)

Rinduku
ada rindu berbisik mengusik cinta yg lama terlelap
ada untaian kasih terjurai menyulam luka merenda jiwa
ada hati yg bergelora menanti untaian kata mesra
penyejuk jiwa nan lara (brabangkara18/04/06)

Munajatku
desau angin yang hilang merajut hening suasana alam
mentari senja keemasan meninggalkan punggung bumi kuberpijak.
cakrawala begitu indah disenja hari
dalam lengkung biru terdengar riuh burung terbang pulang menuju sarang,
nelayan melaut meninggalkan lampu yg menghias pesisir dan perbukitan.
suara azan meggema merambat diatas air beriak bagai perak
sayup sayup alampun berzikir kepada penguasa alam semesta
munajatku kepadamu ya Rabb dalam hening malam
sholawat dan salam mengalir kepada kekasihmu ya Rabb, Muhammad SAW
ya Rabb mohon kemurahan dan ampunanMu akan segala kesalahan
Amiiin.(brabangkara 19/04/06)

baca selengkapnya...

Sekar Arum Sari

15 February 2007

Love is so un-expectable...

Well, falling in love is un-expectable...it's not something that you can figure out,It can't be calculated as is. No! you can't. It suddenly comes out from nowhere and rushly approaches you, squeezes your heart and demands your full attention, absorbs you into the situation of which you have not guessed before. Naturally, people will react happily, but many would feel unhappily depends on a lot of conditions.

It's unfortunate to those who feel unhappy, but don't blame them. Because, people do have something to consider, no body can do as he/she wants. Because society has its own norm that people must uphold it. We must, close the door for love sometimes if that would hurt others and of course would ruin everything we have built. Do not play with love because it would burn you alive.

I feel it too now, falling in love to someone though i‘m not quite sure, if this is a love. Let‘s say it is, then i must close my heart for it, because it's very dangerous concerning my status now. You see? sometime Love is beatable, all is your call & it's we who decide it. So, although it's a little bit hard for me but this ? should be done!

Regards,
Anonymous


Yu a ma best friend..
And still be ma best friend..
And will be ma best friend.. foreva :)

"sahabat adalah seseorang yang dapat mendengarkan nyanyian di dalam hati kita. Sahabat adalah orang yang tatkala kita lupa akan bait-baitnya, maka ia akan menyanyikan kembali untuk kita. Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga. Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita".

19 Jan '07, 21:30:40 WIB)



Sekar Arum Sari

Puisi yang belum jadi...

ku luluh

kupahatkan cintaku pada kebaikanmu yang tak bertepi
pada senyummu, yang tak jemu
pada suara lembutmu, kutitip sayangku
halus perangaimu, luluhkan sombongku
suara yang teduh itu, sirna panas dunia
bayangmu kucumbu malam ini
selaut rindu
terdedah pada kertas putih
tentang asa yang kalah
cinta pecundang
cinta usang
cinta pasang

sebab pada wajahmu
rembulan tersipu
19082006



setengah jalan


pada akhirnya aku sampai di tepi sungai
pada pohon, ranting, semak
pada rumput aku kagum
ternyata aku bukan apa-apa
bukan siapa-siapa

dan pada jarak yang jauh
tak ada yang layak disombongkan
akankah aku yang munafik
menjadi pengecut?

riak air sungai menghanyutkanku
pada selaut-laut kenang
kuigin berontak
menggetar..menggelegar...menghalilintar

dan aku terdampar pada gurun yang tak bertepi
pada gersang, pada tandus
tubuh yang ringkih
kusandarkan pada sebatang kurma
dahaga, siksa, dan angin yang menderu
nafas yang lelah
hati yang jemu
pada taubat yang berdusta

berdiri!
ku tak ingin air mata
sebab pada zam-zam aku merindu
23082006






senja yang ranum

masihkah engkau semesra dahulu ?
kala kita berdua menari
dan ombak itu adalah irama
langit adalah lengkung yang menaungi kita
burung-burung itu
menari, menyanyi tentang kita
dan pasir pantai yang kau injak
masih kuingat
lihat!
pelepah kelapa itu melambai memanggil kita
dibelakangnya lembayung senja yang malu
sebab angin, sinarnya memantul di wajahmu

amboi...
pipimu yang ranum memerah tersapu cahaya
maka berderailah tawamu
dibawa camar terbang menjauh
dan pada senja yang pamit
disaksikan sepotong matahari terbakar
di bawah lengkung langit
di atas panggung lautan
di tengah-tengah pasir
diiringi musik alam
kau berbisik asmara di telingaku
duh, ku bergetar

dan masihkan engkau semesra itu?
setelah berpuluh purnama
tak kita pandangi bersama
saat ku datang kembali
di sini
di pantai ini
24082006



gaun putih

disini kuterpekur
melafaz selaksa do'a
padamu kupersembahkan
tak sesiapa
seikat mawar yang kau bawa perlahan
menapak datar kehidupan
melukis hari dengan bakti
mencumbu malam tanpa birahi
tapi kau masih disana
disampingnya lekat
yakin jalan tak rata
mata peganglah erat
bertumpu janji
pada akad suci
pada gaun putih
pada sebentuk cincin
pada sehela desah
berdua berjalan
kau dan dia
hari itu...
kulihat kau
lebih indah dari rembulan
lebih cerah dari mentari
dan disini
do'aku masih melantun..


02092006


baca selengkapnya...

Sekar Arum Sari