15 February 2007

Puisi yang belum jadi...

ku luluh

kupahatkan cintaku pada kebaikanmu yang tak bertepi
pada senyummu, yang tak jemu
pada suara lembutmu, kutitip sayangku
halus perangaimu, luluhkan sombongku
suara yang teduh itu, sirna panas dunia
bayangmu kucumbu malam ini
selaut rindu
terdedah pada kertas putih
tentang asa yang kalah
cinta pecundang
cinta usang
cinta pasang

sebab pada wajahmu
rembulan tersipu
19082006



setengah jalan


pada akhirnya aku sampai di tepi sungai
pada pohon, ranting, semak
pada rumput aku kagum
ternyata aku bukan apa-apa
bukan siapa-siapa

dan pada jarak yang jauh
tak ada yang layak disombongkan
akankah aku yang munafik
menjadi pengecut?

riak air sungai menghanyutkanku
pada selaut-laut kenang
kuigin berontak
menggetar..menggelegar...menghalilintar

dan aku terdampar pada gurun yang tak bertepi
pada gersang, pada tandus
tubuh yang ringkih
kusandarkan pada sebatang kurma
dahaga, siksa, dan angin yang menderu
nafas yang lelah
hati yang jemu
pada taubat yang berdusta

berdiri!
ku tak ingin air mata
sebab pada zam-zam aku merindu
23082006






senja yang ranum

masihkah engkau semesra dahulu ?
kala kita berdua menari
dan ombak itu adalah irama
langit adalah lengkung yang menaungi kita
burung-burung itu
menari, menyanyi tentang kita
dan pasir pantai yang kau injak
masih kuingat
lihat!
pelepah kelapa itu melambai memanggil kita
dibelakangnya lembayung senja yang malu
sebab angin, sinarnya memantul di wajahmu

amboi...
pipimu yang ranum memerah tersapu cahaya
maka berderailah tawamu
dibawa camar terbang menjauh
dan pada senja yang pamit
disaksikan sepotong matahari terbakar
di bawah lengkung langit
di atas panggung lautan
di tengah-tengah pasir
diiringi musik alam
kau berbisik asmara di telingaku
duh, ku bergetar

dan masihkan engkau semesra itu?
setelah berpuluh purnama
tak kita pandangi bersama
saat ku datang kembali
di sini
di pantai ini
24082006



gaun putih

disini kuterpekur
melafaz selaksa do'a
padamu kupersembahkan
tak sesiapa
seikat mawar yang kau bawa perlahan
menapak datar kehidupan
melukis hari dengan bakti
mencumbu malam tanpa birahi
tapi kau masih disana
disampingnya lekat
yakin jalan tak rata
mata peganglah erat
bertumpu janji
pada akad suci
pada gaun putih
pada sebentuk cincin
pada sehela desah
berdua berjalan
kau dan dia
hari itu...
kulihat kau
lebih indah dari rembulan
lebih cerah dari mentari
dan disini
do'aku masih melantun..


02092006


baca selengkapnya...

Sekar Arum Sari

0 comments:

Post a Comment