16 January 2007

Bahasa Batin...

Akhir-akhir ini, teman-teman saya sering berkomunikasi melalui dunia maya. Melalui dunia tanpa batas -- yang katanya Tuhanpun tak memiliki otoritas-- mereka menuangkan pemikirannya dengan baik. Mereka dapat mengembangkan pembicaraa, mencari celah yang menyegarkan saat teman chatt tak taku menahu lagi apa yang musti diobrolkan. Mereka sanggup mencipta kata-kata bersayap hingga-- sayapnya-- dapat menerbangkan wanita yang ada di seberang sana. Lama kelamaan, hubungan dunia maya yang semula biasa, disemikan oleh ikatan cinta (uhuk uhuk! mo muntah deeee...!). Kini timbul keinginan untuk mengetahui, siapa sih yang menjadi kawan bicara ? Bahkan, beberapa orang mulai berharap, --jikalau yang dihubungi, ternyata sesuai dengan kriteria--, mudah-mudahan si dia mau mendampinginya sampai tua bangka!

Hubunganpun mulai berlanjut. Pertemuan direncanakan di satu kota. Ada yang menyengajakan diri untuk bertemu, ada pula yang menanti untuk ditemui. Alasanpun, direka-reka. Yang sudah kerja bilang, kalau mereka sedang melakukan negosiasi proyek jalan tol (kan gagah, hehe); yang masih mahasiswa memiliki alasan klasik: berpura-pura mencari bahan skripsi; menjadi aktivis; mengisi seminar di suatu kampus; lainnya, menjenguk paman yang sakit kangker, atau mau ketemu teman lama yang sudah bekerja jadi Disc Jockey.

Pokoknya, alasan harus selogis dan sekeren mungkin. Tidak mungkin kan, beralasan "sekalian cari makanan kambing!", atau "Biasalah, aku kena penyakit turunan, Impoten"! Sambil memohon-mohon, "Nanti anterin aku ya ?! Kan rumah kamu di samping klinik Ma Erot", Mustahil kan?!

Nah, sepersekian menit sebelum pertemuan dilangsungkan, teman-teman yang berharap menemukan pasangan hidupnya, bergaya habis-habisan. Entah berapa spion mobil yang ditekuk untuk meyakinkan: apakah rambut ini tertata rapih atau tidak; entah berapa kali, hidung dienduskan, hanya untuk memastikan masihkah olesan parfum melekat di badan. Sayangnya, saat pertemuan tiba, kebanyakan-- lidah teman-teman meriang. Bahkan, beberapa orang yang berbicara di depan forum, tiba-tiba kemampuan membangun kata-katanya hilang! Kemahiran beretorikanya amblas! Seluruh persiapan yang sebelumnya matang direncanakan, hancur jadi rendaman Quacker Oats! Kekaguman, --kala melihat mujud sempurna teman chattnya -- mengundang cinta untuk datang. Dalam keadaan seperti itu siapa yang sanggup mengendalikan diri ?

Sebenarnya wajar, menyaksikan bagaimana yang pintar berubah menjadi bodoh dan yang percaya diri menjadi minder.Karena, keadaan dunia maya berbeda dengan dunia nyata. Di dalam dunia maya, seseorang dapat mengekspresikan dirinya tanpa dipengaruhi begitu banyak sisi psikologis, yang sering mengacaui setiap perjumpaan di dunia nyata. Terlebih, jika yang dibicarakan merupakan permasalahan mengenai cinta. Lagian, menyampaikan perwakilan bahasa batin mengenai cinta memang bukan perkara mudah kok.

Manusia itu unik. Ada orang yang bisa mewakilkan bnahasa batinnya -- mendekati sempurna -- melalui tulisan seperti temn-teman saya di atas, tetapi ia tidak bisa mewakilkannya melalui lisan di dunia nyata. Sah saja, jika akhirnya mereka memilih untuk menuliskan kecintaan pada seseorang sahabat melalui aforisma yang direkanya.

Kembali, saya bermurah hati memberi contoh. Saya pernah diperlihatkan tulisan --oleh teman yang tak begitu fasih berbicara-- mengenai persahabatan. Tetapi saat membuka filke komputernya, tidak sengaja saya menemukan tulisan: "sahabat adalah seseorang yang dapat mendengarkan nyanyian di dalam hati kita. Sahabat adalah orang yang tatkala kita lupa akan bait-baitnya, maka ia akan menyanyikan kembali untuk kita. Persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga. Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita". Menarik bukan?!

Bersambung esok hari...capek sih ngetiknya, hhihi...


baca selengkapnya...


Sekar Arum Sari

2 comments:

Lonely said...

Wah bagus tuh artikel dini harinya :p. ampe sempet2nya ngetik panjang lebar begitu..:)

Unknown said...

Hhhh

Post a Comment